Sabtu, 28 November 2015

Masa Lalu

Agen SBOBET, Cindy berontak ketika tangannya kutahan di atas kepalanya. Aku mulai mencium lehernya yang putih jenjang. Rambutnya masih diikat membuatku lebih mudah menjelajahi bagian atas tubuhnya. Satu tanganku yang lain mulai menjelajah bukit kecil yang sudah tak berkain. Bra-nya?sudah kulempar entah kemana.
"Sshhh... ahh.." desah Cindy ketika lidahku menyusuri bagian samping putingnya, yang tentu saja ujungnya tak kukenai. Desahannya semakin terasa intens ketika tanganku turun ke bawah perutnya yang tak bercacat.
Memang benar kata orang, cewek dengan payudara kecil lebih sensitif. Belum juga tanganku masuk ke celana dalamnya, satu-satunya kain yang melekat, Cindy mulai mengejang tanda dia akan dapat orgasme. Mulutku kugunakan untuk menciumnya supaya Cindy tak teriak saat ia sampai puncak. Tak sampai 3 detik rupanya aku mengulum bibir manisnya, gelombak kenikmatan langsung saja menerka tubuhnya yang sempurna.
Cindy mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sampai ia melengkung merasakan nikmat. Aku?tentu saja menikmati melihatnya tak berdaya karena keenakan. Matanya sayu menatap iba sekaligus puas.
"Kita baru mulai sayang," bisikku pelan.

#
Kembali kumainkan payudaranya yang hampir rata. Reaksinya? luar biasa. Cindy memeluk kepalaku dengan erat. Tubuhnya menggeliat tiap kali lidahku menyapu putingnya yang berwarna merah muda. Ini bukan pertama kalinya aku bercinta dengan Cindy. Tapi aku selalu dibuatnya takjub dengan reaksinya ketika foreplay.
"Kaaak.. masukin aja kaak.." katanya mengiba.
"Enggak mau, masih mau nenen." kataku sambil menyapu lidahku ke dadanya.
Detik berikutnya, kuemut puting yang sebelahnya. Cindy menekan kepalaku lebih kuat. Tubuhnya melengkung ke atas. "Kaaaakk.. aku keluar lagi..." Cindy memelukku erat. Sangat erat sampai dia selesai.

Aku melepaskan pelukannya dan berdiri di sebelah tempat tidurnya. Aku melepaskan semua pakaianku sambil menarik Cindy ke tepi tempat tidur. Aku angkat kedua kakinya. Dengan posisi berdiri dan dia terletang di tempat tidur, sangat mudah memasukkan senjataku yang tepat sejajar di depan lubang kenikmatannya. Alih-alih langsung memasukkannya. Aku memandangi vagina Cindy yang bersih mulus karena rajin dicukur, namun basah karena dua orgasme sebelumnya.
"Kaakaaak... jangan diliatin terus.. aku kan malu." katanya sambil menutup mukanya yang khas Tionghoa.
"Maluuu.. tapi mauu.. " kuledek Cindy sambil mendekatkan palkon ke serambi nikmat. Dan seperti biasanya, penetrasi tidak berjalan mulus. Setelah lebih dari dua tahun kami berpacaran dan sejak setahun yang lalu kami mulai bercinta, vagina Cindy tidak pernah sedikitpun melebar. Tiap kali kami bercinta, aku selalu merasa mengambil kembali keperawanan Cindy.

"Kaak sakiit.."
"Lanjutin nggak?"
"Sakiit tapi enaak.."
"Lanjutin nggak?"
"Iya kak lanjutin.. masukin yang dalaaamm.. aaahhh...." Cindy mendesah ketika aku kembali menjilat payudaranya. Aku kembali mendorong maju pantatku sembari memeluknya agar dia tidak bergerak ke atas. Lidahku masih bermain di putingnya saat aku berhasil memasukkan seluruh batangku ke dalam kemaluannya. Sedikit kutarik dan kusodok lagi sembari menggigit kecil putingnya, Cindy malah memberikan reaksi seperti ia akan mencapai klimaks. Aku bergerak dengan gigi satu. Pelan tapi torsinya besar.
"Aaaaahhh... kakaaakkk sayaang...." tepat seprti dugaanku. Cindy kembali klimaks hanya dengan tiga hentakan lambat tapi keras. Seluruh batang kemaluanku terasa seperti diremas-remas sambil diguyur air hangat. Sip oli sudah lancar, gigi satu sudah masuk, saatnya pindah ke gigi dua. Aku diam beberapa saat sebelum memulai bergerak lagi.

Kugoyangkan badanku sedikit lebih cepat dari yang tadi. Aku tidak mau terlalu terburu-buru. Kubiarkan Cindy menikmati puncak ketiganya sembari kuhentakkan pelan badannya. "Kak, Cindy sayang kak Adam.." ujarnya pelan sambil kusodok-sodok dengan pelan juga. "Kakak juga sayang Cindy," ku tundukkan badanku untuk mencium bibirnya. Yap, this is it, the green light.

Aku kembali tegap sementara Cindy masih berbaring di tempat tidur. Kali ini kedua kakinya kuangkat dan kutahan dengan kedua lenganku. Aku mulai mengejar kenikmatanku sendiri. Aku maju mundurkan batang kemaluanku dengan cepat. Setiap kali ku tarik,ada sensasi yang menjalar sampai ke seluruh tubuhku dan setiap kali kudorong masuk kembali, ada sensasi berbeda yang kurasakan, seakan dinding vagina Cindy memiliki tekstur yang berbeda ke arah dalam dan ke arah luar. Aku menikmati setiap sodokanku. Masih dengan ritme yang sama, kutatap wajah cantik Cindy yang ekspresinya sudah tidak karuan. Aku merasa sangat beruntung bisa bercinta dengan makhluk seindah dan sesempurna ini.

Kupercepat sodokanku ketika aku sudah merasa ada tanda-tanda kenikmatan. "Kaaak.. keluarin di dalam saja,aaaahhh... aku lagi nggak subur..emmmhhmm aahhhh.." ucapnya di sela-sela ia meracau. Waduh, rejeki emang ga kemana. Langsung aku tambah semangat. aku semakin mempercepat sodokanku sampai akhirnya kubenamkan dalam-dalam batang kenikmatan ini. Sedikit kutarik dan kubenamkan lebih dalam lagi. Kutahan di dalam dan kupeluk erat tubuh Cindy. Tak kusadari ternyata dia balas memeluk erat tubuhku. Tepat saat kusemprotkan calon jendral, kemaluanku terasa seperti dipijit-pijit lagi sambil diguyur air hangat.
"Kaa..kaaaakkkk" Cindy berbisik di telingaku sambil menahan nikmat.

#
Kubuka kulkas untuk melihat isinya. Karena aku pantang minum soda setelah olahraga, jadi pilihanku tertuju ke susu kotak coklat. Aku menuangnya ke gelasku setengah penuh. Aku keruang tamu tempat Cindy sudah duduk dan berpakaian meski hanya kemejaku saja yang dia pakai.

"Mama pulang hari ini, ayah enggak tahu kapan." ucapnya memulai pembicaraan.
"Terus kenapa kamu cuma pakai selembar doang sayang?"
"Karena aku suka kemeja kakak"
"Lalu kenapa kita nggak lanjut ronde kedua?"
"Harusnya mama sudah pulang. Mau ketauan mama? bisa-bisa kakak disuruh nikahin aku sekarang"
"Lah?kamu gamau kakak nikahi sekarang?"
"Enggak mau weekk.."
"Wah sini kucium dulu pacar kakak yang paling cantik.." kataku sambil meletakkan gelas di meja. Detik berikutnya langsung kucium Cindy sambil kupegang kepalanya dengan dua tanganku.
"Eeemmhh... kak Adam nakal." katanya sambil mendorongku menjauh.

"Tiiiinn..." bunyi klakson mengagetkan kami berdua. Cindy langsung menghambur ke kamarnya sambil melepas kemejaku. Setengah perjalanannya ke kamar pun dia telanjang seperti anak kecil. Tingkahnya yang agak kekanak-kanakan itulah yang membuatku pertama kali jatuh hati padanya. Sampai sekarang.

Aku memungut kemejaku dan memakainya sambil berjalan ke luar. Kulihat mobil orang tua Cindy di luar pagar. Aku pun berjalan untuk membukakan pagar.

"Sore tante, sapaku.
"Halo Adambagasi belakang mobil. Ya ampun ini sih banyak banget, bisa mabuk durian ini kalo dimakan sendiri. Coba ada Dian, pasti dia seneng banget.
". Tolong bantuin bawain oleh-oleh yang di mobil ke rumah ya. Oia Cindy mana?"
"Itu ada di dalam, kami barusan lagi nonton film."
"Oke, tante masuk dulu. Nanti tolong it bawa masuk, taruh aja di bawah kompor."
Kubuka
Eh?Otakku rusak ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar