Agen SBOBET, Cindy berontak ketika tangannya kutahan di atas kepalanya. Aku mulai mencium lehernya yang putih jenjang. Rambutnya masih diikat membuatku lebih mudah menjelajahi bagian atas tubuhnya. Satu tanganku yang lain mulai menjelajah bukit kecil yang sudah tak berkain. Bra-nya?sudah kulempar entah kemana.
"Sshhh... ahh.." desah Cindy ketika lidahku menyusuri bagian samping putingnya, yang tentu saja ujungnya tak kukenai. Desahannya semakin terasa intens ketika tanganku turun ke bawah perutnya yang tak bercacat.
Memang benar kata orang, cewek dengan payudara kecil lebih sensitif. Belum juga tanganku masuk ke celana dalamnya, satu-satunya kain yang melekat, Cindy mulai mengejang tanda dia akan dapat orgasme. Mulutku kugunakan untuk menciumnya supaya Cindy tak teriak saat ia sampai puncak. Tak sampai 3 detik rupanya aku mengulum bibir manisnya, gelombak kenikmatan langsung saja menerka tubuhnya yang sempurna.
Cindy mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sampai ia melengkung merasakan nikmat. Aku?tentu saja menikmati melihatnya tak berdaya karena keenakan. Matanya sayu menatap iba sekaligus puas.
"Kita baru mulai sayang," bisikku pelan.
#
Kembali kumainkan payudaranya yang hampir rata. Reaksinya? luar biasa. Cindy memeluk kepalaku dengan erat. Tubuhnya menggeliat tiap kali lidahku menyapu putingnya yang berwarna merah muda. Ini bukan pertama kalinya aku bercinta dengan Cindy. Tapi aku selalu dibuatnya takjub dengan reaksinya ketika foreplay.
"Kaaak.. masukin aja kaak.." katanya mengiba.
"Enggak mau, masih mau nenen." kataku sambil menyapu lidahku ke dadanya.
Detik berikutnya, kuemut puting yang sebelahnya. Cindy menekan kepalaku lebih kuat. Tubuhnya melengkung ke atas. "Kaaaakk.. aku keluar lagi..." Cindy memelukku erat. Sangat erat sampai dia selesai.
Aku melepaskan pelukannya dan berdiri di sebelah tempat tidurnya. Aku melepaskan semua pakaianku sambil menarik Cindy ke tepi tempat tidur. Aku angkat kedua kakinya. Dengan posisi berdiri dan dia terletang di tempat tidur, sangat mudah memasukkan senjataku yang tepat sejajar di depan lubang kenikmatannya. Alih-alih langsung memasukkannya. Aku memandangi vagina Cindy yang bersih mulus karena rajin dicukur, namun basah karena dua orgasme sebelumnya.
"Kaakaaak... jangan diliatin terus.. aku kan malu." katanya sambil menutup mukanya yang khas Tionghoa.
"Maluuu.. tapi mauu.. " kuledek Cindy sambil mendekatkan palkon ke serambi nikmat. Dan seperti biasanya, penetrasi tidak berjalan mulus. Setelah lebih dari dua tahun kami berpacaran dan sejak setahun yang lalu kami mulai bercinta, vagina Cindy tidak pernah sedikitpun melebar. Tiap kali kami bercinta, aku selalu merasa mengambil kembali keperawanan Cindy.
"Kaak sakiit.."
"Lanjutin nggak?"
"Sakiit tapi enaak.."
"Lanjutin nggak?"
"Iya kak lanjutin.. masukin yang dalaaamm.. aaahhh...." Cindy mendesah ketika aku kembali menjilat payudaranya. Aku kembali mendorong maju pantatku sembari memeluknya agar dia tidak bergerak ke atas. Lidahku masih bermain di putingnya saat aku berhasil memasukkan seluruh batangku ke dalam kemaluannya. Sedikit kutarik dan kusodok lagi sembari menggigit kecil putingnya, Cindy malah memberikan reaksi seperti ia akan mencapai klimaks. Aku bergerak dengan gigi satu. Pelan tapi torsinya besar.
"Aaaaahhh... kakaaakkk sayaang...." tepat seprti dugaanku. Cindy kembali klimaks hanya dengan tiga hentakan lambat tapi keras. Seluruh batang kemaluanku terasa seperti diremas-remas sambil diguyur air hangat. Sip oli sudah lancar, gigi satu sudah masuk, saatnya pindah ke gigi dua. Aku diam beberapa saat sebelum memulai bergerak lagi.
Kugoyangkan badanku sedikit lebih cepat dari yang tadi. Aku tidak mau terlalu terburu-buru. Kubiarkan Cindy menikmati puncak ketiganya sembari kuhentakkan pelan badannya. "Kak, Cindy sayang kak Adam.." ujarnya pelan sambil kusodok-sodok dengan pelan juga. "Kakak juga sayang Cindy," ku tundukkan badanku untuk mencium bibirnya. Yap, this is it, the green light.
Aku kembali tegap sementara Cindy masih berbaring di tempat tidur. Kali ini kedua kakinya kuangkat dan kutahan dengan kedua lenganku. Aku mulai mengejar kenikmatanku sendiri. Aku maju mundurkan batang kemaluanku dengan cepat. Setiap kali ku tarik,ada sensasi yang menjalar sampai ke seluruh tubuhku dan setiap kali kudorong masuk kembali, ada sensasi berbeda yang kurasakan, seakan dinding vagina Cindy memiliki tekstur yang berbeda ke arah dalam dan ke arah luar. Aku menikmati setiap sodokanku. Masih dengan ritme yang sama, kutatap wajah cantik Cindy yang ekspresinya sudah tidak karuan. Aku merasa sangat beruntung bisa bercinta dengan makhluk seindah dan sesempurna ini.
Kupercepat sodokanku ketika aku sudah merasa ada tanda-tanda kenikmatan. "Kaaak.. keluarin di dalam saja,aaaahhh... aku lagi nggak subur..emmmhhmm aahhhh.." ucapnya di sela-sela ia meracau. Waduh, rejeki emang ga kemana. Langsung aku tambah semangat. aku semakin mempercepat sodokanku sampai akhirnya kubenamkan dalam-dalam batang kenikmatan ini. Sedikit kutarik dan kubenamkan lebih dalam lagi. Kutahan di dalam dan kupeluk erat tubuh Cindy. Tak kusadari ternyata dia balas memeluk erat tubuhku. Tepat saat kusemprotkan calon jendral, kemaluanku terasa seperti dipijit-pijit lagi sambil diguyur air hangat.
"Kaa..kaaaakkkk" Cindy berbisik di telingaku sambil menahan nikmat.
#
Kubuka kulkas untuk melihat isinya. Karena aku pantang minum soda setelah olahraga, jadi pilihanku tertuju ke susu kotak coklat. Aku menuangnya ke gelasku setengah penuh. Aku keruang tamu tempat Cindy sudah duduk dan berpakaian meski hanya kemejaku saja yang dia pakai.
"Mama pulang hari ini, ayah enggak tahu kapan." ucapnya memulai pembicaraan.
"Terus kenapa kamu cuma pakai selembar doang sayang?"
"Karena aku suka kemeja kakak"
"Lalu kenapa kita nggak lanjut ronde kedua?"
"Harusnya mama sudah pulang. Mau ketauan mama? bisa-bisa kakak disuruh nikahin aku sekarang"
"Lah?kamu gamau kakak nikahi sekarang?"
"Enggak mau weekk.."
"Wah sini kucium dulu pacar kakak yang paling cantik.." kataku sambil meletakkan gelas di meja. Detik berikutnya langsung kucium Cindy sambil kupegang kepalanya dengan dua tanganku.
"Eeemmhh... kak Adam nakal." katanya sambil mendorongku menjauh.
"Tiiiinn..." bunyi klakson mengagetkan kami berdua. Cindy langsung menghambur ke kamarnya sambil melepas kemejaku. Setengah perjalanannya ke kamar pun dia telanjang seperti anak kecil. Tingkahnya yang agak kekanak-kanakan itulah yang membuatku pertama kali jatuh hati padanya. Sampai sekarang.
Aku memungut kemejaku dan memakainya sambil berjalan ke luar. Kulihat mobil orang tua Cindy di luar pagar. Aku pun berjalan untuk membukakan pagar.
"Sore tante, sapaku.
"Halo Adambagasi belakang mobil. Ya ampun ini sih banyak banget, bisa mabuk durian ini kalo dimakan sendiri. Coba ada Dian, pasti dia seneng banget.
". Tolong bantuin bawain oleh-oleh yang di mobil ke rumah ya. Oia Cindy mana?"
"Itu ada di dalam, kami barusan lagi nonton film."
"Oke, tante masuk dulu. Nanti tolong it bawa masuk, taruh aja di bawah kompor."
Kubuka
Eh?Otakku rusak ya?
Sabtu, 28 November 2015
Sabtu, 14 November 2015
Cerita Dewasa, Nasib Anak Kos
Nasib Anak Kos

Agen SBOBET, Sebagai seorang mahasiswa yang ngekost, godaan untuk tidak ngentot sangat susah, ada saja jalan untuk melakukan permainan seks di kost-kost an, sudah banyak cerita seks anak kost dengan teman nya, namun kali ini cerita berbeda diceritakan oleh seorang mahasiswa perguruan tinggi yang memiliki ibu kost yang bohay, dia beruntung bisa bercinta dengan ibu kost, karena bisa menjadi anak kost kesayangan pemilik kost. Berikut cerita lengkapnya.
aku adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang,sebut saja namaku jono.
aku belum lama kuliah di sini, kira2 masih 1/2 tahun, trus aku bingung cari tempat kost.
selama berhari2 aku keliling daerah disekitar kampusku.
Rumah demi rumah aku masuki, hanya untuk mencari tempat kost.
Mbak Fanny Yang Kesepian
Mbak Fanny Yang Kesepian

Agen SBOBET, Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta di bandung. Bagian tempat aku berkerja hanya terdiri dari 8 orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusus melayani administrasi bagianku. Sekretasi itu namanya Fanny, tapi aku biasanya manggil mbak fanny, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari aku.
Mbak Fanny adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih bersih dengan bentuk body aduhai. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalu dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik kearah payudaranya yang membusung menantang itu . Satu lagi yang aku suka dari mbak Fanny, rambut ikalnya. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang berambut ikal, apalagi ditambah bibir tipis mbak fanny yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita seksi itu.
Maafkan Aku Dan Temanku
Maafkan Aku Dan Temanku

Agen SBOBET, Maaf kalok berantakan suhu..
Kisah ini emang pengalaman pribadi ane beberapa minggu yg lalu..
Waktu itu pas weekend, ane dapet bbm dari temen ane namanya Ozi ngajakin dugem. Berhubung ane udah gak suka alkohol ane nolak di ajakin dugem.. Tapi temen ane maksa ane tetep ikut
A : ane
B : Ozi
B : ayolah bro, gak ada elu ntar gak seru
A : emang sapa aja sih?
B : rame rame kok, ini si Novi aja ikut kok katanya pengan joget ampe pagi. (Novi : pacar si Ozi)
A : *diem* ( dalam hati ane udah ngebayangin nih ntar bisa nyuri" pegang tetek si Novi yg ukuranya lumayan besar )
B : gimana nih? Malah diem..
A : okeee berangkat deh !
Skip skip..
Jumat, 13 November 2015
Petualangan Jimmy eps 3 - Desi
Petualangan Jimmy eps 3 - Desi
Udah seminggu ini ane lagi sibuk jadi panitia untuk acara tahunan di kota ini, kebetulan ane merupakan aktivis kampus jadi sering juga dapet orderan buat acara-acara yang diselenggarakan oleh pemda dengan bayaran seiklasnya.. ane jadi panitia publikasi dan dokumentasi untuk acara panggung (acaranya ada panggung dan juga karnaval, berhubung ane males buat dokumentasi karnaval mangkanya ane milih dokumentasi panggung aja biar gak capek), tiap hari dari pagi sampai malem ane dokumentasikan acara-acara panggung, dari panggung utama sampai ke panggung yang kecil-kecil
Malam minggu lupa tanggal berapa
Seperti yang sudah-sudah ane dokumentasi acara panggung, dan kali ini ane dokumentasi acara panggung untuk tarian tradisional jawa, lagi asik mempersiapkan alat tempur buat dines malem tiba-tiba ada seorang cewek yang menghampiri ane dengan memakai kebaya, wow.. ane takjub melihat ada gadis manis memakai kebaya ada di depan ane..
“mas.. permisi.. ini panggung 3 bukan ya” gadis nanya ane sambil senyum-senyum yang bikin ane tambah takjub
“iya mbak bener, mbak ngisi acara disini?”
“iya mas, aku jadi MC buat panggung 3 sama temenku juga” gadis ini ngajak salaman sama ane “makasih ya mas, aku mau siap-siap dulu”
Wow, akhirnya ane lanjutin kerjaan ane sambil mendokumentasikan acara panggung (lebih banyak poto Mcnya sih sebenarnya), sekitar jam 11 malam acara telah selesai dan gadis itu akhirnya turun panggung menuju tempat panitia buat mengambil konsumsi dan ane ngikut.. gak mau keilangan kesempatan ane ngajak dia kenalan sambil menyantap makan malam yang udah telat ini..
“namanya siapa mbak?”
“aku Desi mas, masnya namanya siapa?”
“saya Jimmy mbak”
*sebenarnya banyak banget percakapan pada malam itu, tapi ane lupa detailnya, intinya dia merupakan anak kampus ane dan jurusannya tari.
Akhirnya acara tahunan kota ini udah selesai dan ane masih terbayang-bayang sama gadis manis bernama Desi tesebut, tapi ane cuman tau nama (bukan nama panjang) dan kuliahnya aja, disinilah ane sangat berterima kasih dengan teknologi bernama Facebook, ane bolak balik ke warnet cuman buat search orang-orang yang bernama Desi, dan pada akhirnya ketemu.. setelah perjuangan selama 3 hari, pada saat itu juga ane add dia buat jadi temen ane, hanya sekitar 10 menit ternyata pertemanan ane di terima sama dia dan ternyata dia juga lagi onlen, iseng-iseng ane chat sama dia, dengan berbagai gombalan aneh sampai rayuan maut ane keluarin dan pada akhirnya ane mendapatkan informasi no HP dan juga alamat rumahnya..
Udah 2 minggu ini ane sering sms sama dia dan kadang telp-telpan.. dan ane ngajak dia buat makan siang bareng di salah satu kantin kampus ane
“hei Desi, cantik banget nih” ane ketemu dia di kantin sambil memberikan tangan ane buat salaman
“ah bisa aja kamu” Desi malu-malu sambil senyum ke arah ane sambil menjabat tangan ane “ayo pesen makan, aku laper”
Kita makan siang diselingi ngobrol-ngobrol cantik #ane lupa ngobrolin apa aja, kebanyakan masalah tarian dan ane gak ngerti tapi pura-pura ngerti.. hahaha
Sekitar 2 jam kita nongkrong di kantin sambil ngobrol ngalor ngidul, ane sambil memperhatikan wajah manis dia, sampe dia salah tingkah sendiri
Oh iya.. Desi ini anaknya kecil dengan tinggi sekitar 155 cm dan kulitnya sawo matang, toketnya juga gak terlalu gede, yah pas lah dengan badannya yang kecil, tapi pantatnya lumayan gede.. ane selalu bayangin kalo dia lagi nari trus goyang-goyang pantat pasti bikin serrr… *ngiler…
“mas aku mau ke warnet dulu ya.. ada tugas nih” Desi berdiri sambil ngambil sisa-sisa es ada di minumannya
“eh iya Des” ane ikutan berdiri
“kamu mau kemana sekarang Jim?”
“kemana ya.. pulang aja ke kontrakan palingan”
“ih enak ya, aku males banget sebenarnya, tapi gimana nih tugasku” muka Desi melas banget
“ya udah kerjain aja di kontrakan aku, aku ada modem kok walaupun lelet” ane iseng nawarin (sumpah ini iseng)
“eh iya, boleh nih Jim” muka Desi tiba-tiba ceria “hayuk deh kalo gitu” Desi langsung gandeng tangan ane
“eh iya ayo” ane keringet dingin (ane emang punya modem, tapi gak ada pulsanya.. haha)
15 menit perjalanan dari kampus ke kontrakan ane dengan mengendarai kuda besi ane. nyampe kontrakan Desi langsung masuk kamar ane dan tiduran di ranjang ane.. (bikin kepengen aja nih pikir ane). ane buka laptop ane dan masang modem ane (ane udah tau bakalan gak bisa, tapi pura-pura usaha aja)
“aduh Des, gak bisa konek nih, jaringannya lemot banget”
“lho kenapa Jim, waduh gimana nih ya” mukanya rada panik “biasanya kamu bisa gak?”
“biasanya bisa sih tapi aku make tengah malem, mungkin kalo tengah malem bisa nih” nih alasan ane aja
“oh gitu ya, apa aku nginep disini aja ya” Desi mikir keras
“oh.. boleh kok” senyum setan
“aku pinjem motor deh kalo gitu, aku pulang dulu ngambil baju”
Akhirnya motor ane di bawa sama dia pulang ke rumah, dan segera ane ke konter buat beli pulsa modem ane..
1 jam ane menunggu Desi balik ke kontrakan sambil membakar rokok di ruang tamu kontrakan ane (pikiran mulai macem-macem, jangan-jangan motor ane di gadai lagi) tiba-tiba pintu gerbang di buka oleh seseorang dan ane lihat ada gadis memakai motor ane masuk ke garasi (fyuhhh gak jadi di gadai)
Sambil menunggu malam Desi tidur di ranjang ane dan ane hanya bermain game di laptop sambil sekali-sekali melihat Desi yang lagi tertidur.. fyuh pengen langsung di sikat aja tapi takut disangka merkosa lagi
Malam Pertama
Sekitar jam 12 sampai jam 2 malem kita mulai ngenet buat ngerjain tugasnya Desi sampai akhirnya tugas selesai setengah dan Desi mulai ngantuk.
“kita tidur aja dah ya, ngantuk banget aku, lanjutin besok aja” Desi sambil nguap lalu tiduran di ranjang ane, gak sampe 5 menit dia udah tertidur di ranjang ane
Ane cuman benggong aja mikir mau tidur dimana, akhirnya ane putuskan tidur di kamar kosong kontrakan ane.. malam pertama ane gak berbuat aneh-aneh, dan pagi hari ane dan Desi berangkat ke kampus untuk melaksanakan tugas negara yaitu kuliah biar pinter
Malam Kedua
Kita mulai ngenet lagi mulai jam 11 malem sampai sekitar jam 1, dan Desi mulai ngantuk lagi
“Jim ayo tidur deh, ngantuk” Desi nguap-nguap saking ngantuknya
“ayo deh” akhirnya ane nutup laptop ane dan berdiri buat ke kamar kosong kontrakan ane, tapi tiba-tiba Desi manggil ane
“kamu mau kemana?”
“ke kamar sebelah, kenapa?”
“tidur disini aja bareng aku, takut tau kalo sendirian”
Ane cuman WOW dan tanpa pikir panjang ane mendarat di ranjang ane, lalu Desi tidur membelakangi ane dan ane tidur di pisahkan oleh guling ane
Malam kedua ane tidur bareng sama Desi tapi tanpa berbuat yang aneh-aneh, pas pagi ane kembali ke kampus bareng Desi untuk kembali kuliah
Malam Ketiga
Seperti yang sudah-sudah ane dan Desi mengerjakan tugas lagi sampai jam 11 malem dan akhirnya tugas Desi komplit pake telor
“akhirnya Jim selesai juga tugas aku, makasih ya” Desi mencium pipi ane dan langsung tiduran di ranjang ane
“sama-sama” ane malu-malu mau di cium di pipi, dan ikutan tiduran di ranjang ane sambil menyalakan tv, dan kita ngobrol sambil nonton tivi “ aku mau nanya deh sama kamu, boleh gak”
“mau nanya apa?”
-ane mikir keras, karena yang mau ane tanyain masalah pribadi banget-
“eh gak jadi deh” ane senyum maksa ke dia
“apaan hayo” Desi sedikit memaksa
“gak jadi” ane senyum-senyum
-disini ane dan Desi agak canggung dan kita diam beberapa saat-
“aku tau kok kamu mau nanya apa” Desi tiba-tiba duduk sambil menatap mata ane “aku tau kamu mau nanya aku perawan atau enggak” Desi terus menatap mata ane “Jim, aku itu udah gak perawan” tiba-tiba Desi memalingkan mukanya ke arah tv
-disini ane agak terkejut juga, tapi gak heran juga, ya gimana gak heran baru kenal udah nginep di tempat cowok selama 3 hari, sebenernya ane mulai agak suka sama Desi, tapi (maaf) Desi itu agak sedikit matre banget (ane anak rantau yang uangnya seret, tapi sama dia kalo jalan ane mulu yang bayar sampe belanjain dia, tekor juga klo jadi cewek ane)
Ane sama Desi akhirnya saling terbuka, dia menceritakan masalah perawannya yang telah di ambil sama mantannya dan akhirnya di tinggal sama mantannya, itu yang bikin dia agak kecewa sama laki-laki, ane cuman jadi pendengar yang baik aja.
Sekitar jam 2 malam akhirnya kita memutuskan untuk tidur, Desi tiduran di ranjang ane, dan ane juga siap-siap tidur.. kita diranjang sambil pelukan.
“makasih ya Jim, kamu itu baik banget” Desi sambil merem dan meluk ane
“iya, sama-sama”
(yang ada di pikiran ane waktu itu antara sikat tau enggak.. lama ane mikir sampai akhirnya…..)
Ane cium bibir Desi, Desi juga membalas ciuman ane, lama kita mengadu bibir sampai burung ane mulai tegak menantang, pelan-pelan ane buka bajunya Desi sampai akhirnya bagian atas Desi terbuka sempurna, Desi gak ngelawan sama sekali, sambil ane mainin susunya Desi yang imut-imut itu sampai dia mendesah gak karuan, hmmm… susu mungil yang sedap pikir ane
Setelah ane bosen mainin susunya Desi ane mulai buka celana pendenya Desi, saat itu Desi menggunakan celana hotpans dengan baju kaos tanpa BH yang sudah lebih dulu ane singkirkan. Setelah terbuka sempurna ane takjub sama pantatnya Desi yang gede tapi vaginanya kecil.. vagina Desi udah basah sama cairan punya dia, gak tinggal diam ane langsung jilatin vagina dia.. untung ane udah pengalaman masalah jilat menjilat vagina, itu yang bikin Desi kejang-kejang sampe 2 kali..
“Des.. aku masukin ya” ane minta ijin dulu sama Desi, karena setelah mendengar cerita dia tadi ane agak sungkan (sebenarnya di ijinin atau gak bakalan ane masukin juga, udah tanggung)
“iya” Desi manggut-manggut
Setelah ane mendapatkan ijin, ane segera melorotkan boxer ane yang sexy ini dan Jlebbb… burung ane langsung masuk sempurna.. terus ane genjot burung ane dengan posisi MOT dan Desi hanya telentang pasrah dengan kaki di angkat, sesekali ane berenti mengenjot vagina Desi dan memainkan susunya yang imut itu (ini gara-gara ane mau keluar jadi biar gak cepet keluar ane berhenti dulu)
Susu Desi ane mainin pake lidah ane, putting susunya ane mainkan dan ane hisap seperti anak bayi yang nyusu ke ibunya..
“Jimmyyyy… masukin lagi, gak tahan nih” Desi meminta ane buat melanjutkan menggenjot vaginya, akhirnya ane memasukan kembali burung ane ke dalam vaginanya yang bener-bener basah banget..
“Jimmy, kamu kok gak ada expresinya sih” Desi masang muka cemberut sambil desah kecil
“lagi nikmatin” ane sambil senyum-senyum najong..
(Kalo lagi ML ane emang jarang ngomong atau masang muka mesum, nikmatin aja.. paling ngomong kalo mau keluar atau mau ganti posisi)
“Des, kamu nungging dong, capek nih”
Akhirnya Desi nungging dan kita melanjutkan bercinta dengan posisi doggy, ane bener-bener napsu ngeliat pantatnya dan ngeliat lobang pantatnya.. (sumpah indah banget).. lama ane ngenjot Desi dengan gaya doggy sambil meremas susunya.. sampai akhirnya ane mau keluar
“Des, aku mau keluar”
“jangan di dalem ya Jim” Desi sambil desah-desah kenikmatan (tapi gak kenceng, takut tetangga sebelah denger trus malah minta ikutan)
Akhirnya ane cabut burung ane dan ane tumpahin ke pantatnya Desi sampai kena ke lobang pantatnya dan ane iseng aja tusuk lobang pantatnya Desi pake jari ane, dan udah masuk setengah ane langsung di jitak sama dia
“sakit tau Jim.. jangan yang itu ah”
“hehehe.. maap.. abis menggairahkan sih…”
Setelah selesai bertempur ane dan Desi segera membereskan sisa sisa pertempuran kami dengan senjata andalan yaitu tissu…
Kelelahan dan kamipun tertidur dengan pulas…
Jam 06.00 besoknya
Pagi-pagi ane udah bangun dan terkejut ada cewek tidur di samping ane cuman pake CD doang.. trus ane inget-inget.. ane lupa abis ML sama cewek pas malem itu.. parah banget.. Desi terbangun langsung mencium pipi ane
“selamat pagi Jimmy” kecup manis di pipi ane
“selamat pagi…” sambil ane peluk dan ane berbisik di telinga Desi “aku pengen lagi”
Tampang Desi agak terkejut tapi gak lama dia langsung naek ke atas ane dan memasukan burung ane ke vaginanya tanpa membuka Cdnya, hanya di singkirin aja bagian vaginanya…
Goyangan Desi ini sangat ane inget sampe sekarang, goyang di atas ane dengan pantat yang besar dan
sumpah ane gak lupa cara dia ngegoyang… enak banget…
dan akhirnya ane cuman bertahan 5 menit… ya saudara-saudara hanya 5 menit ane bertahan, Desi lagi asik goyang di atas ane lalu ane menghentikan goyangannya dia..
“De aku mau keluar, angkat pantatnya” ane minta Desi buat ngangkat pantatnya, bahaya kalo keluar di dalem
“cepet banget sih mas” Desi agak kecewa
“gimana gak cepet kalo kamu goyangnya aduhai begitu” ane rada malu juga tapi apa daya, Desi segera memakai bajunya dan mengambil handuk ane dan bersiap-siap mau mandi.
“aku mandi dulu ya mas” akhirnya Desi keluar kamar dan menuju kamar mandi (kamar mandi kontrakan ane cuman ada 2 dan itu di luar kamar semua.
Ane sama Desi ML udah gak tau berapa kali, ane ML sama dia sekitar 4 bulan dan itu ML bisa tiap hari, palingan off kalo dia lagi datang bulan aja. Sampe saat ini ane sama Desi masih sering kontak-kontakan.. dia juga sering ngirimin poto syur buat ane…
Cerita Dewasa Bercinta dengan sahabat
Bercinta dengan sahabat
Agen SBOBET, Pengalamanku kali ini berawal dari hari ulang tahunku yang ke 32. Kebetulan ulang tahunku kali ini pas jatuh pada hari Minggu, maka aku melewatkannya di rumah saja bersama anakku satu-satunya yang baru berusia 5 tahun. Sempat juga aku teringat pada mantan suamiku, karena tahun lalu kami masih merayakan ulang tahunku bersama. Kami baru bercerai beberapa bulan yang lalu.
Sore-sore, ada SMS masuk. Jantungku langsung bergemuruh ketika membaca pengirimnya: Tomi, salah satu selingkuhanku yang sekarang bekerja dan berdomisili di Semarang. Aku senang sekali karena ternyata dia masih ingat ulang tahunku. Tomi memang termasuk laki-laki yang romantis, dia selalu memperhatikan hal-hal kecil yang dapat membuat hatiku senang. Usianya lebih muda 2-3 tahun dibanding aku, belum berumah tangga, tapi pengalaman sex-nya lumayan.
Yang lebih membuat aku girang luar biasa, ternyata Tomi ada di Jakarta. Dia bilang melalui SMS, dia sengaja datang untuk merayakan ulang tahunku.
“Aku selalu kangen sama kamu,” tulisnya. “Aku juga,” balasku. “Kamu kangen apanya?” “Kangen jepitannya!” ”Jepitan yang mana? Yang atas apa yang bawah?” “Dua-duanya!”
Aku selalu berdesir-desir kalau menerima SMS seperti itu dari Tomi. Bukan apa-apa, obrolan seperti itu selalu mengingatkan aku pada petulangan-petualangan sex yang pernah kami lakukan. Tomi termasuk pandai bermain cinta, itu sebabnya hubungan kami termasuk langgeng, sudah berjalan hampir 4 tahun. Dengan cowok-cowok lain aku lebih suka untuk tidak menjalin hubungan berlama-lama.
Singkat cerita, kami janji bertemu di sebuah hotel yang dulu termasuk sering kami pakai untuk rendezvous. Aku datang lebih dahulu, langsung cek in, lalu menunggu Tomi di dalam kamar. Aku SMS Tomi untuk memberitahu nomor kamar.
“Aku masih di jalan,” balas Tomi. “Macet, padahal udah ngaceng nihhh…” “Ya udah, dielus-elus aja dulu, sementara nunggu jepitan nikmat.” “Aku gak sabaran nih, udah dari kemaren ngebayangin ML sama kamu.” “Aku jadi ngebayangin punyamu, lagi ngaceng, keras, gede. Pasti sedap tuh diisep.” “Emang cuma mau ngisep?” “Aku sih cuma mau ngisep, tapi gak tau deh kesemekku!” ”Uuuuh, jadi makin ngaceng nih, tau?! Awassss yaaa!” “kesemekku juga mulai basah tau, Yang?!” “Tolong rabain kesemek kamu untukku.” “Gak usah diajarin, dari tadi juga udah kuraba-raba!” Kami terus ber-SMS ria sementara Tomi dalam perjalanan menuju hotel. Pintu kamar sengaja tidak kukunci supaya Tomi dapat langsung masuk. Aku rebahan di ranjang dengan gelisah. Kirim-kiriman SMS seperti itu membuat aku terangsang hebat. Vaginaku benar-benar basah, buah dadaku mengeras, tidak sabar ingin cepat-cepat mereguk nikmat bersama Tomi.
Untungnya Tomi muncul tidak lama kemudian. Karena sudah kuberitahu bahwa pintu kamar tidak kukunci, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Aku sedikit terkejut, tapi senang sekali. Tanpa beranjak dari ranjang, kukembangkan kedua tanganku untuk menyambut Tomi dengan pelukan.
Tomi mengunci pintu, lalu langsung membuka celana panjang berikut celana dalamnya. Aku tertawa melihat batang kemaluannya nampak sudah mengacung tegak. Lucu, sekaligus menggairahkan. Sementara Tomi membuka pakaiannya dengan terburu-buru, aku juga bergegas membuka kaos ketat dan rok mini yang kukenakan. Tomi memandang tubuhku yang hanya tinggal ber-bh dan celana dalam dengan rupa amat bernafsu.
Tanpa ba-bi-bu, dia langsung menerkam aku di ranjang. Kami langsung bergumul, berciuman bibir dengan panas bergelora. Kedua tangan Tomi liar meremas-remas apapun pada tubuhku. Celana dalamku diturunkannya dengan tergesa-gesa.
“Aku gak tahan, Yang…, kita langsung ngesot yaaa…. Ngobrolnya nanti aja, oke?”
Nafasnya sudah ngos-ngosan, aku hafal betul bagaimana Tomi kalau sudah diamuk birahi. Tentu saja aku tidak keberatan untuk langsung bersetubuh seperti permintaan Tomi, karena aku juga sudah amat sangat bergairah sedari tadi.
Kubuka pahaku memberi jalan. Tomi mencumbu sepasang payudaraku sambil mengarahkan rudalnya pada vaginaku. Terasa kepalanya yang besar menyeruak mulut vaginaku yang basah. Nikmat sekali. Kuresapi nikmatnya terobosan batang kemaluan Tomi pada liang vaginaku sambil memejamkan mata. Sleseeeeeppp….. blessss…!
“Ooooh…., enak banget, Sayaaang…,” rintihku. “Aku kangen jalantol kamuuu….” “Aku juga kangen banget, Sayaaang…. Aku kangen ngesot sama kamuuu…” “Sekarang entot aku…, entot aku, Sayaaang….”
Tomi semakin bernafsu, gerakannya jadi semakin brutal dan agak kasar. Justru itu yang aku suka. Batang kemaluannya yang luar biasa keras terasa memenuhi liang vaginaku, menyentak-nyentak hingga ke ujung lorong kenikmatan milikku.
“Aaaakkkhhh…, asyiiiikkk, Saaayyy…., yahhh…, teken yang kenceng…, yahhh… gitu dooong…, uuuuggghhh…”
Dia menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Aku semakin lepas kontrol, jeritanku makin menjadi-jadi akibat dilanda nikmat yang luar biasa. “Aaaarrgghh…., gilaaa…! jalantolmu sedap banget, Sayaaang… Entot kesemekku, Sayaaang…, yah…, yaaahh, gituuuuuhh…, aaarggghhhh…., yang keras, yang kerassss…., ooohhhh, jalantol kamu sedap, Sayaaang!”
Aku memang termasuk type perempuan yang “heboh” bila sedang bersetubuh. Semakin nikmat persetubuhan yang kurasakan, rintihan dan eranganku pasti akan semakin keras dan jorok. Dulu aku malu dengan perilaku sex-ku yang satu itu, karena takut dinilai perempuan murahan yang maniak, tapi lama-kelamaan aku justru menikmatinya. Kenyataannya banyak laki-laki yang justru menyukai erotisme seperti itu, karena mereka jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat aku keenakan.
Tomi semakin kuat menggecak-gecak batang kemaluannya di dalam vaginaku, seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan eranganku. Kurasakan klimaksku sudah sangat dekat. Kuangkat-angkat pinggulku setiap kali Tomi menggecak, sehingga batang kemaluannya yang besar dan keras itu menghunjam-hunjam semakin dalam. Nikmat luar biasa.
Kami terus bersetubuh, berganti-ganti posisi. Terakhir, ketika orgasmeku telah semakin dekat, Tomi membalikkan tubuhku hingga membelakanginya. Aku segera mengerti. Lekas-lekas aku menungging di atas ranjang dengan kedua tangan berpegangan pada pinggiran jendela kamar. Lalu kembali Tomi menggenjotku dari belakang. Aku berusaha mengimbangi dengan menggerak-gerakkan pinggul. Setiap dia menekan, kudorong pantatku ke belakang, demikian pula sebaliknya. Kudengar nafas Tomi kian memburu, diselingi suara lenguhannya setiap kali dia menggecak batang penisnya kuat-kuat.
Akhirnya aku melolong lebih dahulu. Aku orgasme!
“Ooooooooorrggghhhhh……!!! Toooommmm, aku keluaaaarrr….!!!!”
Tomi semakin bersemangat, digecak-gecaknya kemaluannya semakin kuat dan cepat. Tubuhku terguncang-guncang semakin hebat. Sementara kemaluanku berkedut-kedut saat aku mencapai klimaks, kugoyang-goyangkan pinggulku maju-mundur dengan cepat dan kuat untuk mengimbangi gerakan Tomi. Aku tahu pasti, sebentar lagi dia pun akan mencapai puncak kenikmatannya.
“Oh, ah, uuughhh..!!! kesemek kamu enak, Sayang…., aku hampir keluar, aku hampir keluar, adduuhhhh…., enak sekalih, enak sekali kesemek kamuhhhh…., oooorrrgghhh.., aaarrgghhh…., uuuuggghhh…., aaaaaaaarrrgghhhhh……..!!!”
Tomi menyemprotkan spermanya banyak sekali. Terus kugoyang-goyang pinggulku agar dia lebih merasa nikmat. Dia melenguh-lenguh sambil meremasi buah dadaku yang bergelantung, sementara air maninya menyemprot-nyemprot di dalam vaginaku.
Setelah itu Tomi menghempaskan nafasnya yang berat. Dipeluknya tubuhku. Kami lalu bercium-ciuman sambil berangkulan di ranjang.
“Kamu apa kabar selama ini, Sayang?” tanya Tomi sambil membelai-belai keningku yang berkeringat. Bayangkan, setelah bersetubuh demikian panas, dia baru sempat menanyakan kabarku. Aku tersenyum.
“Baik,” jawabku. “Kamu sih, sombong, mentang-mentang udah jadi boss!” “Aku selalu kangen sama kamu, tau?!” “Aku juga, soalnya kamu yang paling hebat!” “Hebat apanya?” Aku tersenyum, kugenggam batang kemaluan Tomi sebagai jawaban. Tomi mengikik, dan penisnya otomatis bergerak membesar kembali.
“Tuh kan, baru dibilang paling hebat, dia langsung bangun lagi!” aku menggoda sambil mengelus-elus batang penis Tomi yang kian mengeras. Kuangkat pahaku, menyilangi paha Tomi, lalu kugesek-gesekkan ujung penisnya ke belahan vaginaku. Tomi menyeringai. Tubuhku dipeluknya lebih erat, lalu kami berciuman bibir. Hangat, tandas, dan lama…
Selanjutnya kami memulai permainan ronde kedua. Seperti biasa, Tomi memang kuat dan tahan lama. Entah berapa lama kami bersetubuh untuk yang kedua kali malam itu, yang jelas akhirnya kami mencapai orgasme dalam waktu bersamaan. Setelah itu kembali beristirahat. Buang air, mencuci tubuh di kamar mandi, pesan makan malam, ngobrol-ngobrol, lalu bercumbu lagi.
Pagi-pagi aku pulang, ganti baju dan langsung berangkat lagi ke kantor. Sebetulnya aku capek sekali setelah mendaki puncak nikmat berkali-kali sepanjang malam, tapi hari itu boss ada meeting di kantor, jadi tidak mungkin aku membolos (aku bekerja sebagai sekretaris direksi). Lagipula, kenikmatan berkali-kali yang diberikan Tomi, justru membuat pikiranku menjadi cerah dan semangat menjadi tinggi.
Sebelum berpisah, Tomi mohon maaf karena tidak bisa menemui aku lagi karena banyak hal yang harus dikerjakannya. Dia lalu meminta aku mengantarnya ke bandara bila nanti dia kembali ke Semarang. Aku setuju saja.
Kamis sore, Tomi menjemput aku di kantor untuk mengantarnya ke bandara seperti yang sudah kami sepakati tempo hari. Tapi dia tidak sendiri, melainkan ditemani seorang cowok ganteng. Aku diperkenalkan dengan cowok itu yang ternyata sahabat Tomi sejak mereka masih sama-sama remaja. Namanya Irvan, usianya nampak sedikit lebih muda dibanding Tomi.
Ketika berkenalan, aku sempat mencuri pandang ke arah bokongnya. Lumayan gede. “Kalo neken, kayaknya nikmat nih,” pikirku langsung ngeres. Pada saat yang sama, aku melihat sekilas dia melirik ke arah dadaku. Saat itu aku mengenakan blazer dan daleman tanktop yang telah kubuka 2 buah kancingnya sejak dari kantor, sehingga belahan dadaku yang penuh nampak terlihat jelas. Darahku kontan berdesir lebih cepat menyadari Irvan tertarik pada buah dadaku yang berukuran 36C.
Tomi duduk di kursi belakang bersamaku, sementara Irvan sendirian di depan menjadi “sopir”. Kami langsung tancap gas, masuk tol menuju bandara.
Di perjalanan, kami ngobrol-ngobrol biasa pada mulanya. Cerita macam-macam, diselingi tawa dan gurauan. Irvan sesekali nimbrung. Sekitar sepuluh menit sejak berangkat dari kantor, Tomi merapatkan duduknya. Sambil ngobrol, Tomi mulai menggerayangi aku, pahaku dielus-elus, jarinya nakal menekan-nekan belahan vaginaku. Aku bilang, “Eeeh, jangan dong, Yang, gak enak sama Irvan….” Tapi Tomi tahu, aku tidak sungguh-sungguh menolak perlakuannya itu. Buktinya aku membiarkan jemarinya menelusup ke balik celana dalamku, bahkan pahaku mengangkang memberi jalan. Sesungguhnya aku hanya takut tidak dapat mengendalikan diri, padahal tempat dan situasi tidak terlalu kondusif untuk suatu persetubuhan.
Entah bagaimana, tahu-tahu Irvan berkata, “Santai aja, aku ngerti kok…” Aku melihat dia mengerling nakal kepadaku dari kaca spion. Nafsuku jadi semakin bangkit. Masabodo’ ah, pikirku. Maka, aku diam saja menikmati rabaan-rabaan Tomi pada selangkanganku.
“Ssssssshhhhh……, geli tau, Yang?!!” desisku sambil mengangkangkan kaki lebih lebar. Tomi jadi makin bersemangat. Celana dalamku diturunkannya cepat-cepat sembari menciumi batang pahaku.
“Buka blazer kamu, Sayaaang…!” katanya memberi instruksi, sementara dia sendiri sibuk membuka kait rok mini yang kukenakan. Aku benar-benar tidak peduli lagi pada Irvan, langsung saja kuturuti permintaan Tomi untuk membuka blazer.
“Buka semua deh, Yaaang…,” Tomi merayu sambil bergerak hendak menciumi kedua pahaku kembali. Rokku sudah dicampakkannya, sehingga bagian bawah tubuhku sudah telanjang. Aku tinggal mengenakan tanktop dan bh sekarang.
“Kamu gila, tau gak sih?!” aku mendesis menikmati jilatan lidah Tomi pada pahaku, lalu kuturuti permintaannya. Kubuka tanktop dengan agak tergesa. Ketika aku membuka bh, kulihat Irvan memperhatikan dari kaca spion. Cuek aja, ah, batinku dengan penuh nafsu.
Sambil menjilat-jilat pangkal pahaku, sebelah tangan Tomi mulai meremas-remas sepasang payudaraku yang telanjang. Aku mengerang. Tomi lalu mengangkangkan pahaku lebih lebar, lidahnya merayap menuju vaginaku yang merekah basah. Aku mengerang lebih kuat ketika kurasakan ujung lidahnya menjilat-jilat belahan vaginaku. Selanjutnya aku semakin lupa diri. Tomi memang sudah hafal betul bagaimana membuat birahiku cepat bangkit. Kemaluanku dicumbu dan dilumatnya habis-habisan. Diobok-obok dengan jari, dihisap, dikenyot. Aku benar-benar tidak kuat menahan diri untuk menjerit-jerit.
“Sayaaang..., oooohhh…, yessss..!! Terus isep….oooouuwww!!! Ooohhh…., aduuh, gilaaa…, enak banget, Sayaaang…, aaahhh…, ooouuwwww… aaarrggghhh…, terus, Sayaaang…, aaahhh…, ooooookkkhhh…”
Aku membuka pahaku lebih lebar lagi sambil menekan-nekan kepala Tomi agar tambah masuk ke vaginaku yang terasa megap-megap keenakan. Aku benar-benar lupa diri, tak ada lagi rasa malu ataupun sungkan. Sempat kulirik Irvan, nampak mukanya agak tegang, namun itu justru menambah gairahku. Aku malah mengerang, merintih, dan menjerit semakin menjadi-jadi.
“Nikmaaat, oooh…, iseep teruusss..., oh, oh, oh, aaah, ooohhh…, teruuusss, isep itilku, kacangkuu…., yaaah, kenyot terus, Sayaaang…, yaaah.., kenyooot…, sedaaaap…”
Entah bagaimana, tiba-tiba ada hasrat aneh di dalam dadaku untuk membakar birahi Irvan yang aku tahu sudah tidak sepenuhnya berkonsentrasi ke jalan. Semakin kusadari betapa dia tertarik dengan apa yang tengah kulakukan bersama Tomi, semakin aku bernafsu untuk menggoda kelelakiannya.
Aku melihat Irvan agak menurunkan kaca spion, sehingga dia pasti bisa jelas melihat tubuhku di kaca itu. Rupanya sengaja dia mau menonton. Tahu begitu, birahiku semakin menggebu-gebu. Kuremas-remas sendiri kedua payudaraku yang telanjang sambil terus merintih dan mengerang. Kulihat Irvan ternganga, mulutnya membentuk ucapan “ugh”. Ingin rasanya aku meremas batang kemaluannya yang aku tahu pasti sudah semakin tegang dan keras menyaksikan pertunjukan sex gratis dari kaca spion. Berpikir begitu, birahiku jadi semakin tinggi, apalagi Tomi terus mencumbui kemaluanku. Rintihan-rintihan nikmat keluar begitu saja dari mulutku, liar tak terkendali.
“Ooooh, isep, Sayaaang…, terussss…, kerjain kesemekku…...Aduuuh, gilaaa…, sedap, nikmat, ah, uhhhh, kesemekku basah banget…, lap dulu dong, Sayaaang…”
Kuangkat kepala Tomi dari selangkanganku. Tomi bangkit, tapi bukan untuk melap seperti permintaanku, melainkan justru membuka semua celananya, Kemaluannya telanjang, mengacung tegak, keras seperti tongkat kayu.
“Oooh.., aku isep jalantolmu ya Sayang.., aku kenyot ya?”
Tomi melenguh ketika aku mengurut kemaluannya yang keras menggairahkan, lalu katanya, “Aku nggak tahan, Sayang…, aku mau fuck kamu.., aku pengen ngesot disini!”
Sambil berkata begitu, tubuhku didorongnya agak kasar sampai aku rebahan di jok. Kunaikkan sebelah kakiku tinggi-tinggi ke sandaran jok, sementara yang sebelah lagi menjuntai ke bawah. Tomi semakin lupa diri menyaksikan posisiku yang mengangkang.
“Kita ngesot ya, Sayang?” bisiknya dengan suara agak serak sambil menciumi buah dadaku yang montok. “Aku masukin jalantolku yaaa…., aku nggak tahan…, aku kangen sama kesemek kamu…”
“Aaaakkhhh.., sedaaap…., yesss…, ooohhh, jalantol kamu udah masuk, Sayaang… Yaaahhhh, teken terus sampe mentok.., teruuussss…”
Tomi mendorong batang kemaluannya yang besar dan keras itu hingga terasa mentok di dasar vaginaku. Kuangkat pinggulku tinggi-tinggi, menyambut sodokan Tomi yang semakin kuat. Tomi mengenyoti puting susuku sembari menggecak-gecak penisnya yang perkasa di liang kemaluanku. Kami semakin lupa diri, sama sekali tidak peduli lagi pada Irvan.
“Uuuuuggghhh…, ooooohhhhh…, aaaarrrggghhhhh…,” kami teriak-teriak berbarengan, menyalurkan nikmat yang tak terkira.
“Sayaaang, entot aku, Yaaang…, ahhh, jalantolmu sedaaap, ooohhh…, kesemekku enak banget nih dientot kamu... Ohhh, kita fuck terus, Sayang, yaaahhh…, gesek terusss, tekeeeennn, goyang, puter, auh, entot terus kesemekku, Sayaaang…., entot terussss..”
Aku terus menjerit-jerit, seperti biasa bila tengah didera nikmat bersetubuh. Entah berapa menit Tomi menghantam vaginaku dengan penisnya yang perkasa, tahu-tahu kurasakan badanku agak panas dan semakin ringan. Goyanganku jadi semakin cepat, liar tak terkendali. Orgasmeku sudah dekat.
“Yaaang, aku mau keluaaaar…!” otomatis aku mengerang semakin kuat. “Keluaaaar!!! Aku mau keluaaar……!!! Oooooohh, fuck me terussss!! Entoootttt…., ngeweeeee… entoooot…, ngeweee aaaaaaarghhhh….”
Aku orgasme. Tubuhku serasa melayang tinggi sekali. Nikmat luar biasa.
“Oh my God, oh my God, ngesot nikmaaat, ngesot sedaaap, aku suka jalantol kamu, Sayaaang…, aku suka ngesot sama kamu….. Oooooooookkkhhhh,” aku melolong sejadi-jadinya, sementara Tomi mengocok penisnya semakin kuat dan cepat. Terasa batang kemaluannya menghunjam-hunjam di dalam liang vaginaku yang telah banjir oleh cairan orgasme. Beberapa saat kemudian….,
“Oh, ah, oh, aku juga mau keluar…, enak banget, ahhh, enak ngesot sama kamu, ohhh, aku suka ngesotin kamu…, aku mau keluar, aku mau keluar, yah, oh, aaaahhh, uuuugghhh, aaaaaaarrrggghhh….”
Setelah itu yang terdengar hanya suara desah. Sejenak aku melupakan Irvan, sama sekali tak terpikirkan olehku bagaimana kira-kira reaksinya mengetahui ada orang bersetubuh di jok belakang, sementara dia sedang menyopir sendirian di depan. Tomi lebih-lebih tidak peduli. Dia asyik memeluk tubuh bugilku, sambil mengatur nafasnya yang memburu.
Agak lama kami membisu dalam sisa-sisa kenikmatan seperti itu, sampai tiba-tiba terdengar suara Irvan.
“Ehm, udah mau nyampe nih, rapi-rapi, deh!” katanya nenyadarkan aku dan Tomi. Kami bangun, merapikan pakaian masing-masing dengan agak tergesa. Sekilas aku lihat kaca spion sudah pada posisi semula.
“Sorry ya, coy, kita lupa diri,” kata Tomi basa-basi. Aku pura-pura tidak memperhatikan, sibuk mengenakan kembali celana dalamku, tapi sesungguhnya aku melirik pada Irvan yang mesem-mesem penuh arti.
Sementara berpakaian, aku pikir lebih baik aku tidak mengenakan bh lagi. Kancing tanktop kembali kubiarkan terbuka 2 buah. Gila memang, saat itu di otakku sudah terbayang bagaimana indahnya sebentar lagi aku tinggal berdua saja dengan cowok seganteng Irvan.
Ketika tiba di bandara, Tomi meminta Irvan untuk langsung saja mengantarkan aku pulang. Katanya, “Kamu tidur aja di jok belakang, nanti dibangunin Irvan kalo udah sampe rumah.” Dia lalu menerangkan alamat rumahku kepada Irvan.
Begitu mobil berangkat meninggalkan bandara, aku langsung pindah ke jok depan.
“Biarin aja di belakang, kan kamu mau tidur?!” Irvan berbasa-basi. Aku tersenyum sambil merapikan posisi dudukku. Kuturun-turunkan rok mini yang kukenakan guna menutup paha mulusku yang tersingkap, tapi sebenarnya gerakan itu justru kusengaja untuk memancing perhatian Irvan. Kulihat matanya mengerling pada pahaku, berarti pancinganku mengena.
“Mas, tadi sorry ya, kamu jadi gak konsen ke jalan,” kataku kemudian. “Si Tomi emang suka gila, kadang-kadang…, gak bisa nahan kalo lagi pengen…”
Beberapa saat Irvan tidak menjawab, lalu tiba-tiba dia berkata dengan suara yang agak tercekat. Nampaknya dia masih sangat dipengaruhi birahi. “Mbak tau gak, aku baru kali ini lihat orang ML langsung dengan mata kepalaku sendiri.” “Aku juga baru sekali ini ditonton begitu, Mas! Tau gak sih, sebenernya aku malu banget…, tapi gimana dong?! Sex emang gitu kan, kadang-kadang bikin kita lupa diri…!” “Iya sih, gak apa-apa kok, aku ngerti…, tapi bukannya tadi mbak tambah bergairah karena tau aku ‘ngintip? Bukannya mbak malah sengaja manas-manasin aku?”
Duh, malu banget…. “Kok tau sih?” akhirnya kucetuskan saja keherananku. Kepalang basah, aku bertanya begitu sambil mencubit mesra lengan Irvan. Dia tersenyum sambil terus memandang ke arah jalan.
“Jangan manggil ‘mbak’ ah, gak enak…,” kataku kemudian sambil menatap wajah Irvan dari samping. Keren banget, batinku. “Kamu juga jangan panggil ‘mas’ dong yaaa…,” jawab Irvan, sambil meletakkan tangan kirinya di atas pahaku. Aku langsung terdiam seribu basa, jantungku kontan bergemuruh. Nekad juga nih orang, pikirku. Sekilas Irvan mengerling ke arahku, lalu perlahan telapak tangannya mulai bergerak-gerak mengusapi paha mulusku yang tersingkap. Kurang ajar, tapi aku suka sekali.
Otomatis laju mobil kami jadi perlahan. Irvan mengambil lajur paling kiri supaya tidak mengganggu perjalanan mobil lain, mengingat kami masih berada di jalan tol.
Aku pura-pura tidak terpengaruh pada rabaan-rabaan Irvan, hanya saja mulutku seperti terkunci. Bulu-bulu romaku terasa meremang. Gila, baru diraba paha, birahiku sudah amat terangsang. Cowok ini pasti lihai, batinku penuh harap. Pahaku sesekali diremasnya dengan lembut, lalu tangannya merayap semakin naik. Karena tidak tahan, tahu-tahu kucubit lengannya. Dia tersenyum sedikit.
“Masih enak?” tanyanya setengah berbisik.
Aku tidak menjawab, tapi kepalaku mengangguk-angguk cepat. Irvan makin bersemangat, tangannya meraba pahaku kian tinggi, menelusup ke balik rok. Aku menggigit bibir seraya menggeser dudukku lebih mendekat.
Lalu terasa jari-jarinya telah menyentuh selangkanganku. Darahku kian berdesir-desir. Nafsu sex-ku memang besar, birahiku cepat sekali naik, padahal tadi aku baru saja mencapai orgasme yang luar biasa bersama Tomi.
“Kamu bisa konsen?” tanyaku, suaraku mulai parau karena birahiku mulai tinggi. Irvan tidak menjawab, malah menelusupkan jarinya ke vaginaku. Otomatis pinggulku terangkat dan kedua pahaku merenggang. Terasa jari-jari Irvan menggesek-gesek lembut belahan vaginaku. Nikmat sekali.
“Masih enak ya?” bisik Irvan bersemangat, mungkin dia tahu aku demikian terangsang. “Bangeeettt…,” jawabku tanpa malu-malu lagi. Mulutku mulai mengeluarkan desis-desis kenikmatan. “Sssshhhhh…., aaaahhhh…, enak bangeeettt…. Kamu pinter…!!”
Sandaran jok kurebahkan sedikit supaya posisiku lebih nyaman. Cepat kuturunkan celana dalamku, kubuka sekalian, lalu aku duduk mengangkang. Sementara itu, tangan Irvan tak sedetikpun lepas dari selangkanganku.
Jari tengahnya terasa menyusup, menggelitik-gelitik clitorisku yang sudah sangat basah. Sesekali diremasnya gundukan kemaluanku. Jari-jarinya bergerak lembut namun amat terampil. Nikmatnya tak terkatakan.
“Sssshhhh….., aaarrrgghhhh….., ssshhhh…., aaaaaarrrggghhhh…..,” aku terus mendesis-desis keenakan. Jari tengah Irvan mulai mengocok-ngocok, bergerak cepat maju-mundur di liang vaginaku yang licin oleh lendir. Dudukku jadi semakin melonjor dan mengangkang. Irvan memasukkan lagi satu jarinya, lalu masuk lagi yang ketiga tak lama kemudian. Aku mulai menjerit-jerit, nikmat sekali diobok-obok dengan tiga jari.
Aku mulai lupa diri akibat diamuk birahi. Seperti biasa, mulutku terus mendesis, mengerang, merintih, mengeluarkan kata-kata nikmat penuh nafsu. Karena semakin tidak tahan, tanganku begitu saja meraba selangkangan Irvan. Gila, tonjolannya besar sekali! Aku jadi semakin bernafsu. Cepat kutarik ritsleting celananya, dia membantu membuka gesper lalu mengeluarkan batang kemaluannya.
“Aauwww! Punya kamu gede bangetttt…..” Irvan tampak blingsatan mendengar komentar spontanku. Sungguh aku tidak bohong, penisnya memang luar biasa besar dan panjang. Aku tidak tahan, batang kemaluannya kuremas-remas dengan gemas.
“Gedean mana sama Tomi?” tanya Irvan kemudian, sementara aku asyik mengelus-elus batang kemaluannya yang menjadi semakin keras. “Dia gede, tapi kamu super gede!” Irvan tertawa mendengar jawabanku. “Isep ya?” tanyaku. Irvan mengangguk-angguk. Joknya lebih dimundurkan sedikit supaya memudahkan aku melakukan blow job.
Aku cengkeram penuh batang penis Irvan, aku jilat ujungnya yang ternvata sudah keluar cairan bening. Kuangkat kepalaku sejenak sambil menatap Irvan yang harus membagi konsentrasinya ke jalan. “Kamu masih bisa nyetir kan? Hati-hati nabrak lho ya….”
Irvan tidak menjawab. Tangan kirinya menyusup, meremas buah dadaku yang terasa keras memuai akibat birahi. Aku jadi semakin tidak peduli apapun lagi, kumasukkan kepala penis Irvan ke dalam mulutku. Aku hisap perlahan. Batang penis itu berdenyut sedikit, membuat aku tambah bernafsu. Aku hisap lebih kuat ujungnya, lalu aku masukkan semua ke mulut sambil aku putar-putar. Irvan mulai merintih-rintih keenakan.
“Oooh…., ssshhh…, gilaaa.., sedap isepan kamu, aaarggh…, kenyot terus, Sayaaang…, yaaahhhh”
Aku kocok terus penisnya, kadang pelan, lalu cepat, lalu kupelankan lagi, lalu cepat lagi, pelan lagi, cepat lagi. Begitu terus sambil aku hisap-hisap. Biji pelirnya aku usap-usap. Dia lebih mengangkang. Aku mengerti, kuturunkan mulutku, kukenyot-kenyot buah zakarnya.
“Aaah…, sssssshhhh…, uugh, enak bangeeet,” Irvan mengerang-erang sambil meremasi buah dada montokku.
“Aku gak tahan,” katanya lagi. “Aku mau ngewek sama kamu, mau ngesot sama kesemek kamu….” Nafasnya ngos-ngosan, tangannya kembali merogoh-rogoh vaginaku.
“Iya, Sayang, aku juga pengen banget dientot jalantol kamu,” aku menjawab dengan nafas yang tak kalah ngos-ngosan, sambil menciumi dan menjilat-jilat kepala penis Irvan yang merah mengkilat.
“Aaah…, yuk, di mana ya?” “Mampir hotel aja…, cari yang deket-deket sini…”
Selanjutnya aku kembali sibuk menghisapi kemaluan Irvan, sementara dia setengah ngebut menuju arah Ancol. Tidak terlalu lama, kami tiba di sebuah hotel kecil yang cukup nyaman dan bersih. Begitu sampai di muka lobby, aku langsung turun, check in, lalu bergegas masuk kamar, sementara Irvan memarkirkan mobil.
Di kamar aku langsung membuka tanktop, dan melemparnya begitu saja di lantai. Lalu aku masuk kamar mandi untuk buang air kecil. Kubuka rokku, kugantung di pintu kamar mandi. Kini aku telanjang bulat karena celana dalam sudah kutanggalkan sejak di dalam mobil.
Keluar dari kamar mandi, Irvan persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun. “Body kamu bagus banget,” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.
“Toket kamu fantastis,” desisnya. “Aku udah nafsu kepingin ngenyot ini sejak aku liat dari kaca spion….” “Aku tau,” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas, kutarik ritslitingnya, lalu kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. Dibukanya sendiri kemejanya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.
Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Irvan minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku. Tapi kataku, “Masukin aja yuk, aku udah pengen ngerasain jalantol kamu!” Irvan tersenyum lebar. “Udah gak sabar ya?” godanya. “Iya, pengen dientot, jalantolmu pasti enak…, gede, montok…!”
Irvan menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Irvan pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Irvan yang super besar.
Berbeda dengan Tomi, Irvan nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
“Udah, Sayaaaang…..,” rengekku memohon. “Please…., masukiiiinnn…”
Irvan menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Irvan, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.
“kesemek kamu bagus, tebel, pasti enak ngesot sama kamu….,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Irvan, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.
Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Irvan semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya….!!!
Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Irvan memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.
“Oooooohhhhh….,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Irvan mulai memajumundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.
“Tuh kan, jalantolmu enaaaak …!!!,” kataku setengah menjerit.
Irvan tidak menjawab, melainkan terus memajumundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang super besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.
“Ooooohhhh…., tolooooonggg.., gustiiii…!!!” Irvan malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis. “Aaaahhhh, jalantolmuuu…, ooooohh, aaaarrrghhh…, jalantollmuuu…, ooohhhh…!!!”
Irvan terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Irvan sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.
“Aku mau keluar! Aku mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit. “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ngesot sama kamu!” Irvan menyodok-nyodok semakin kencang. “Sodok terus, Sayaaang!!!” “Yah, ooohhh, yaaahhh, uuuuggghhh!!!” “Teruuuuussss….., aaarrggghh…., sssshhhh…., ohhh…, sodok terus jalantolmuuuu…!” “Oh, ah, uuugghhh…” “Enaaak…., jalantol kamu enak, jalantol kamu sedap, yahhh, teruuuusssss…, entot aku terus, Sayaaang…, sodok terusssss…., entooootttt…., yaaaahhhhhh…..!!!” “Oooorrrgghhh…., yaaahhhh…., uuuugggghhhh… sssshhhh…, aaarrggghhh…”
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Irvan, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!
Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Irvan mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Irvan. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Irvan mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.
Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memajumundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.
Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Irvan dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Irvan segera menunduk, dikecupnya pipiku.
“Kamu hebat banget,” kataku terus terang. “Kukira tadi kamu udah hampir keluar!” “Emangnya kamu suka kalo aku cepet keluar?”
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Irvan mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.
Irvan melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.
“Oooorrrgghhhh….., aaahhhhh….., ennaaak….., jalantolmu enak bangeeeettt…!!”
Ivan tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Irvan pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Irvan. Cowok itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.
Tiba-tiba Irvan menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Irvan langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Irvan memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
“Aaaaarrgghhh…!!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Irvan bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Irvan. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.
“Terus, Sayang…, teruuuusss…!” desahku. “Ooohhh, enak sekali…., aku keenakan…, enak ngesot sama kamu!” “Aku juga, aku juga, kesemekku keenakaaaan….!” “Aku udah hampir keluar, Sayaaang…., kesemek kamu enak bangeeeet….” “Aku juga mau keluar lagi, tahan dulu! Terussss…., yaaah, aku juga mau keluaaarrr!” “Ah, oh, uughhh, aku gak tahan, aku gak tahan, aku mau keluaaar….!” “Yaaaahhh teruuuussss, sodok terussss!!! Aku enak, aku enak, Sayaaang…, aku mau keluar, aku mau keluar, kesemekku keenakan, aku keenakan ngesot sama kamu…., yaaahhhh…, teruuusss…, aaarrgghhh…., ssshhhhhh…, uuugghhh…, aaaaaarrrghhh!!!!”
Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Irvan menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.
“Ooooooohhhhh….!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.
Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Irvan memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sibuk mengatur nafas.
“Enak banget,” bisik Irvan beberapa saat kemudian. “Hmmmmm….” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Irvan bergerak-gerak di dalam vaginaku. “kesemek kamu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…” “Apalagi jalantol kamu…, gede, keras, dalemmm…” “Kamu ngantuk gak? Kita nginep di sini aja yuk…!” “Kalo tidur sih mendingan di rumah masing-masing aja!” “Justru itu, aku mau kita ngesot sampe pagi…!”
Berkata begitu, Irvan bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Irvan menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.
Irvan lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Irvan karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Irvan mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,
“Aku bisa gak puas-puas ngesot sama kamu…. Kamu juga suka kan?”
Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Irvan sebagai jawaban. Alhasil, malam itu kami bersetubuh tiga kali, dengan entah berapa kali mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga. Hampir tidak tidur sama sekali, sekitar pukul 6 Irvan mengantarku pulang, lalu ke kantor. Di kantor rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sepanjang malam dengan dua sahabat yang perkasa.
Cerita Dewasa Petualangan Sex Di Pulau Sumatera
Petualangan Sex Di Pulau Sumatera
Skiipppp ,,, ceekk out gan
Sebut saja nama aku rika aku anak terakhir dari 3 bersaudara kami 1 cowok dan 2 cewek, kakak aku yang pertama riko namanya umurnya 27 tahun status menikah dan mempunyai seorang istri yang bisa di bilang sexy tp masih sexy aku pastinya hihiiihii.... kakak aku yang kedua vivi namanya umurnya 23 tahun status single memiliki postur tubuh 170 cm,berat 65, kulitnya putih mulus tanpa ada cacat,
kakak aku yang satu ini tipe cewek yang alim yang kemana-mana selalu memakai jilbab (no sara oke) tapi di balik itu semua kalau di rumah selalu berpakaian sexy ditambah lagi ukuruan dadanya 34C yang membuat para lelaki melotot, kuliah di perguruan tinggi di kota J*****, dan aku anak paling terakhir yang paling di manja oleh kedua orang tua ku dan ke dua kakak ku,
status sampai sekarang ini masih single belum berarti gak laku yah “hiii...hiii...hiiiii. Umur ku sekarang 20tahun, ku akui tubuhku tidak kurus, tapi tidak terlalu gendut, tinggi 160 cm berat badan 60kg dengan ukuran toket 36D. Tubuhku montok baik pantat maupun dada.kulit ku putih, aku mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kota B*****, kami keturunan jawa sunda terus kami sekeluarga tinggal di kota J***** kecuali aku yang kuliah di kota B******. Setiap liburan pasti aku pulang ke J****** selama 3 bulan,
Kamis, 12 November 2015
Cerita Dewasa Adikku yang sexy
Adikku yang sexy
***********
Saat itu desy baru pulang sekolah tubuhnya berkeringat dia setelah menaruh tas dan melepas sepatunya desy langsung tiduran dikasur bersamaku karna saat itu aku sedang tiduran. Singkat cerita saat dia sudah tertidur pulas aku melepas kancing baju sragamnya tanpa melepas bajunya hanya kancingnya saja yg aku buka,lalu aku mengambil tali setelah itu aku mengikat ke2 tangan dan kakinya disudut tempat tidur. Aku langsung melepas semua bajuku lalu desy aku bangunkan dan berkata
Desy:kak apa2an ini aku mau km apain kak?
Aku:diem aja km dan mulai skrg km hrs turutin apa perintahku ngerti kalo tidak aku bakal memperkosa km sampai memek km sakit ngerti?
Desy:i...iya kak..
Desy yg dari tadi menangis langsung aku suruh ngisep penis ku dan dia menghisapnya sampai akhirnya sekitar 3 menit aku memuncratkan spermaku ke dlm mulutnya dan aku menyuruhnya menelannya. Lalu tanpa berlama2 aku langsung menyingkapkan rok panjang milik desy dan ternyata desy tdk memakai CD dan langsung saja aku memasukkan penisku ke vagina desy "ahh,,kak,,pel,,ann,,sakit kak,,,"kata desy,tapi aku tdk memperdulikan itu terus saja aku pompa penisku di dlm vagina desy sampai akhirnya "crot,,crott,,crot" aku muncratkan spermaku di dlm vagina desy dan ku cabut penisku dari dlm vagina desy dan terlihat spermaku meleleh kluar sedikit dari vagina desy bercampur darah prawan desy lalu aku mengelap sperma yg kluar dari vagina desy dengan jilbabnya.
Sampai saat ini aku sering sekali ML dengan adikku desy dan saat dia mens aku menyodomi desy sampai saat ini anusnya sedikit menganga.
Jika cerita masih jauh dari bagus mohon maaf.
Trima Ksh
Cerita Dewasa Tragedi perkosaan Sarah
Tragedi perkosaan Sarah
dadanya dihiasi payudara yang tidak terlalu besar tapi tegak menantang berukuran 32B. Ia senang memakai kaos ketat dan jeans. Lekukan tubuhnya menarik mata pria manapun yang melihatnya. Sehari hari Sarah hanya di rumah saja. Pagi setelah mengantar anak ke sekolah, ia biasanya lari pagi di sekitar kompleks rumahnya yang kebetulan berada di daerah yang sejuk dan banyak pohon. Jam 10 pagi Sarah baru pulang dan mandi. Karena suaminya pergi kerja dan pulang sore menjelang malam, ia biasanya menghabiskan waktu seorang diri di rumah selayaknya ibu rumah tangga.
Gara - Gara Kunci Rumah Dibawa Teman
Gara - Gara Kunci Rumah Dibawa Teman
Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.
Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.
Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.
Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.
"Waduh kunci terbawa Baron," ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.
"Lho masih di luar Hen.." Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang.
"Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang," ucapku membalas sapaannya. "Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun," jawabnya.
"Kok kamu tidur di luar Hen."
"Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk," jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.
"Kenapa Mbak, pintunya macet.."
"Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya." jawab Mbak Ninik.
"Kamu bisa membukanya, Hen." lanjutnya.
"Coba Mbak, saya bantu." jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.
Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya.
"Kletek.. kletek..." akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
"Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana."
"Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver," ucapku bercanda.
"Terima kasih ya Hen," ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah.
Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku.
"Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen," kata Mbak Ninik.
"Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, "jawabku basa-basi.
"Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo."
Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.
"Mbak, saya tidur di kursi saja."
Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
"Ini bantal dan selimutnya Hen."
Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.
"Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju," ujarku.
"Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa."
"Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa," ujarku menggoda.
"Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku," kata Mbak Ninik sambil masuk kamar.
Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.
"Kurang hangat selimutnya Hen," kata Mbak Ninik.
"Iya Mbak, mana selimut yang hangat," jawabku memberanikan diri.
"Ini di sini," kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya.
Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu.
"Sudah jangan bengong, ayo sini naik," kata Mbak Ninik.
"Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik," kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya.
Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.
"Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat," katanya.
"Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong," kataku.
"OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku."
Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri.
"Ayo bukalah bajuku," kata Mbak Ninik.
Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.
Setelah Mbak Ninik benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.
"Oh, Hen nikmat sekali rasanya.."
Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah.
"Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya," katanya.
"Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue," jawabku.
Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik.
"Naik ranjang yuk," ucap Mbak Ninik.
Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.
"Masih belum puas menjilatinya Hen."
"Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati."
"Ganti yang lebih nikmat dong."
Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik.
"Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah.."
"Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah.."
Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.
"Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah.."
Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan.
"Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah.."
Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.
"Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh.."
Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik.
"Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah.."
"Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah..."
Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.
"Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt.."
"Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt.."
Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.
"Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih," kata Mbak Ninik.
Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
"Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan," jawabku.
Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.
"Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen..."
"Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii.."
Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.
"Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi.."
Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik.
"Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat.."
"Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat.."
Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.
"Kamu nggak sekolah Hen," tanya Mbak Ninik.
"Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja."
"Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang.."
Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.
Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.
Langganan:
Postingan (Atom)